Qurban adalah ibadah yang telah diturunkan sejak Nabi Adam as (Qabil dan
Habil), Nabi Ibrahim as, hingga Rasulullah Muhammad SAW dan kaum
muslimin sampai kini. Dengan qurban, manusia mendekatkan diri kepada
Allah dan saling berbagi kenikmatan terhadap sesama. Namun dalam
prakteknya sering terjadi fenomena penumpukan daging dalam rumah tangga
tanpa memikirkan seberapa manfaat daging itu bagi mereka. Daging qurban
adalah bahan makanan yang mengandung nutrisi penting bagi kesehatan.
Namun di samping itu beberapa kandungan di dalamnya justru menjadi
ancaman jika dikonsumsi secara berlebihan.
Dalam jumlah asupan yang besar dan frekuensi konsumsi yang terus menerus, daging yang halal itu dapat menjadi tidak thoyyib
bagi kesehatan. Daging adalah salah satu sumber protein hewani, kaya
akan protein dan lemak. Konsumsi daging secara berlebihan akan
menyebabkan kenaikan kadar lipid utama dalam darah (hipelipidemia).
Kadar lipid utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida. Kadar
lipid darah bisa meningkat disebabkan oleh gangguan metabolisme atau
kelainan transportasi lipid. Penyebab kelainan ini adalah kelainan
genetik (primer familial) dari penyakit lain (seperti diabetes, gangguan
tiroid, penyakit hati, atau ginjal).
Bagaimana Daging Mengancam Jantung?
Kita
semua sudah mengetahui, bahwa daging merah (kambing, domba, sapi, unta,
kerbau, dan sebagainya) mengandung lemak jenuh cukup tinggi dan menjadi
salah satu bahan sumber kolesterol.
Kolesterol dan lemak tidak
dapat larut dalam darah sehingga harus dibawa ke seluruh tubuh oleh
protein khusus yang disebut lipoprotein. Dalam darah kita terdapat LDL
(Low Density Lipoprotein) yang merupakan protein pembawa kolesterol, dan
sering disebut dengan “kolesterol jahat” karena bila kadarnya tinggi
itu berarti banyak kolesterol dalam darah.
Selain LDL, dalam darah
kita juga terdapat HDL (High Density Lipoprotein), yaitu protein yang
bertugas mengantarkan kolesterol dari jaringan tubuh dan darah untuk
disimpan di hati sehingga sering disebut “kolesterol baik” karena
kadarnya yang tinggi akan mengurangi jumlah kolesterol dalam darah.
Nah,
jumlah LDL yang berlebih dalam aliran darah ini lama-lama akan menimbun
dan membentuk plak (endapan) yang menempel di dinding pembuluh darah.
Dalam kasus yang lebih parah, plak ini akan mengeras dan menyumbat
aliran darah. Jika ini terjadi pada arteri jantung, maka penyakit yang
muncul adalah penyakit jantung koroner, sedangkan bila penyumbatan
terjadi pada pembuluh darah di otak maka penyakit yang muncul adalah
Stroke.
Itu terjadi kalau kita berlebihan memakan daging merah tanpa memikirkan rambu-rambu. Jadi, daging yang halal itu menjadi tidak thoyyib karena kerakusan dan kelalaian manusia, terutama bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih.
Agar Daging Tetap Bersahabat Bagi Kesehatan
Kita dapat menyiasati daging dengan bijak agar ia tidak mengancam.
Pertama, ingatlah rambu-rambu Allah, “kuluu wasyrabuu, walaa tusrifuu…”
Silakan saja makan dan minum, tapi jangan berlebihan. Sebagian dokter
menganjurkan kita memakan daging maksimal 180 gram sehari. Tetapi dalam
hitungan saya sebagai dietesien, jumlah itu masih terlalu besar. Takaran
paling ideal bagi kita adalah maksimal 50 gram sehari bagi yang berat
badannya ideal, dan cukup 35 gram
sehari bagi Anda yang memiliki berat badan di atas normal!. Untuk
memenuhi kebutuhan prouein hewani, Anda dapat memvariasikannya dengan
ikan dan daging unggas (ayam)
Kok kecil sekali takarannya? Itulah
rambu dari Allah kalau kita ingin sehat. Hikmahnya adalah, memang daging
qurban diperuntukkan bagi kaum duafa yang rata-rata kekurangan protein
dan tidak bermasalah dengan kelebihan kolesterol. Itulah rahasia Allah,
mengapa qurban menggunakan domba, sapi, atau unta karena daging hewan
ini amat cocok untuk kaum duafa dan kurang cocok bagi kaum yang makmur.
Bayangkan kalau qurban itu boleh dengan ayam atau ikan (misalnya satu
orang boleh berqurban duapuluh ekor ayam atau tiga puluh kilo ikan),
maka orang-orang kaya akan tetap leluasa memakannya karena ayam dan ikan
aman bagi orang berkelebihan berat badan, sementara itu misi sosial (hablum minannaas)
tidak terpenuhi. Jadi, bahasa sederhananya, daging domba dan sapi
memang tidak aman bagi golongan kaya, tetapi amat dibutuhkan bagi
saudara-saudara kaum duafa. Indahnya skenario Allah.
Kedua,
olahlah daging dengan meminimalisir penggunaan minyak. Contohnya dengan
cara mengukus dan merebus (misalnya sup, soto) tanpa menambahkan santan
kental. Jika ingin menggunakan minyak maka pengolahan yang tepat yaitu
dengan menumis. Dan sebaiknya minyak yang digunakan untuk menumis adalah
minyak minyak jagung, minyak zaitun, atau minyak wijen yang rendah
kalori.
Cara pengolahan lainnya yaitu dengan dibakar atau
dipanggang. Dengan cara ini, lemak daging meleleh kemudian menetes jatuh
atau menguap saat terkena panas sehingga kadarnya berkurang. Namun
demikian, jangan sampai terlalu banyak bagian daging yang terbakar
(gosong kehitaman), karena bagian ini adalah karsinogen yang diduga
menjadi salah satu pemicu kanker. Panggangan setengah matang juga tidak
baik karena tidak semua daging steril dari virus atau bibit penyakit
lain. Pemanggangan yang baik adalah dengan api yang kecil tetapi
dilakukan dengan waktu yang agak lama. Jadi, daging matang penuh sampai
dalam, tetapi tidak ada bagian yang gosong.
Ketiga, selama
mengkonsumsi daging, konsumsilah sayuran dan buah dengan jumlah yang
jauh lebih banyak dibandingkan porsi dagingnya. Biasanya menu pada saat
hari raya iedul adha adalah gulai atau sate kambing, sambel goreng
kentang krecek atau sambel goreng tempe. Menu ini tentu saja rendah
serat, karena tidak menyertakan hidangan sayuran ataupun buah-buahan.
Hal ini terjadi di hampir seluruh rumah ketika qurban datang.
Contoh
menu yang baik adalah makan nasi dengan sepotong tiga tusuk sate atau
bistik, ditemani tumis buncis dan wortel atau acar ketimun dan wortel
serta jus tomat mix mangga. Mentimun, bengkuang, wortel,
tomat, dan mangga adalah bahan lokal yang murah tapi manfaatnya sangat
dahsyat untuk kesehatan jantung kita.